Ji Jingga
Rabu, 14 Mei 2014
Minggu, 20 Oktober 2013
DATAPRINT
IQ (intelligence quotient) adalah penilaian terhadap
kemampuan Anda untuk berpikir dan alasan. Namun, jika Anda ingin definisi
yang lebih lengkap, Anda harus mencoba dan memahami konsep IQ pertama dengan
kesabaran maksimal karena tidak satu mudah. Meskipun IQ adalah ilmu, ini
adalah salah satu fuzzy.Semua dari Anda mungkin harus telah diberi label
sebagai bodoh, cerdas, pintar, dll bodoh, pintar pada waktu yang berbeda dalam
hidup Anda. Bukan? Di sinilah IQ datang ke dalam bermain sebagai
manusia semakin dipengaruhi oleh komentar seperti yang selalu ditarik ke arah
cerdas mengetahui bagaimana mereka? Seperti semacam kelas sekolah, mereka
ingin tahu di mana tingkat kecerdasan mereka berdiri. Untuk gambaran lebih
intrinsik kecerdasan mereka, mereka biasanya beralih ke IQ (Intelligence
Quotient).IQ atau Intelligence Quotient hanyalah upaya untuk mengukur
kecerdasan.
EQ (Emotional Quotation)
adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi, menilai
kemampuan dan mengendalikan diri sendiri, orang lain, dan kelompok. Menurut
WIKIPEDIA EQ masih banyak diperdebatkan mengenai kegunaanya tersebut. Dan di
lacak pertama kali mengenai adanya EQ dapat dilihat melalui pendapat Darwin
yang mengatakan, ” Pentingnya ekspresi emosional bagi kelangsungan hidup dan adaptasi.”.
Jika kita lihat dari penjelasan tersebut dan di contohkan
kehidupan sehari-hari, maka semua penjelasan itu benar. Seorang manusia dalam
berkerja dan berinteraksi dengan sesamanya harus saling berkomunikasi tidak
hanya secara verbal, namun juga secara emosional karena dengan begitu seseorang
akan lebih dapat saling mengerti dan dapat mempengaruhi satu sama lain. Juga
tentang kemampuan diri sendiri untuk beradaptasi terhadap lingkungan baru, atau
di dalam tekanan, dan permasalahan lainnya, juga dalam interaksi sosial. maka
kita sendiri dapat menilai EQ seseorang dengan melihat aspek-aspek tersebut. EQ
juga penting dimiliki seseorang, jika tidak maka dia yang jenius bisa dianggap
gila, egois, dan anti sosial.
SQ ( Spiritual quotation)
Istilah lainnya yang terkemuka dalam era modern ini adalah SQ. SQ
adalah kecerdasan spiritual. Menurut Danar
Zohar dan Ian Marshal, pakar
psikolog didalam bukunya “SQ: Spiritual Quotient, The Ultimate
Intelligence” memberikan pandangan mengenaitanda-tanda orang
yang memiliki SQ tinggi. Tanda-tandanya adalah seperti berikut :
-Berkemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaannya
-Cenderung untuk memandang segala hal itu berkaitan (holistik)
-Mampu untuk bersikap fleksibel (secara aktif dan spontan)
-Cenderung untuk bertanya “bagaimana jika?” atau “mengapa?” ketika
mencari jawaban yang paling mendasar
-Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
-Memiliki kualitas hidup yang didasari dari visi dan nilai-nilai
-Merupakan pemimpin yang bertanggungjawab serta berpengabdian
-Mampu untuk menghadapi dan melewati rasa takut
-Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian yang tidak
perlu
DAFTAR PUSTAKA
2010. Apa itu IQ, EQ, SQ, dan RQ. Diunduh pada
tanggal 16 Oktober. http://akbarrifqi.wordpress.com/2010/10/17/apa-itu-iq-eq-sq-dan-rq/.
Minggu, 18 November 2012
Denotasi dan Konotasi
Makna
Denotasi dan Konotasi
Sebagai alat komunikasi
verbal bahasa merupakan suatu system lambing bunyi yang arbitrer. Maksudnya,
tidak ada hubungan wajib antara lambing sebagai hal yang menandai yang berwujud
kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari
kata atau leksem tersebut.
Dalam ilmu linguistik
terdapat cabang liguistik yang disebut semantik. Kata semantik dalam bahasa Indonesia ( Inggris : semantics ) berasal dari bahasa Yunani sema ( kata benda ) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata
kerjanya adalah semaino yang berarti
“menandai” atau “melambangkan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa semantik adalah
cabang ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna.
Dalam ilmu semantik
kita dapat menjumpai beberapa sub ilmu semantik, antara lain yaitu makna atau arti. Makna atau arti hadir
dalam tatabahasa ( morfologi dan sintaksis ) maupun leksikon. Ada beberapa jenis makna antara lain makna
denotasi dan makna konotasi.
Pembedaan makna
denotatif dan konotasi didasarkan pada ada atau tidak adanya “nilai rasa” pada
sebuah kata. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu
mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negative. Jika tidak memiliki nilai
rasa maka tidak memiliki konotasi. Tetapi dapat juga dikatakan berkonotasi
netral dan disebut juga makna tambahan.
Makna denotatif (
sering juga disebut makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif
karena dilihat dari sudut yang lain ) denotasi sering disebut sebagai “makna
sebenarnya” bias juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat.
Contoh
1.BUAH TANGAN
MK= Ilyas membawa buah tangan dari Jakarta.
MD= Irma membawa oleh-oleh dari
kampung halaman.
2. PANJANG TANGAN
MK= Orang itu ditangkap polisi
karena panjang tangan.
MD= Polisi menangkap seorang pencuri
di pasar.
3.BUAH BIBIR
MK= Anti menjadi buah bibir karena malas kesekolah.
MD= Dimas jadi bahan pembicaraan di
rumahnya karena kenakalannya.
4. BERBADAN DUA
MK= Ibu Mia sering makan rujak
karena sedang berbadan dua.
MD= Perut ibu saya sudah mulai membesar karena
sedang hamil tiga bulan
5. TANGAN KANAN
MK= Ilyas ditunjuk sebagai tangan kanan oleh bosnya di kantor.
MD= Ilyas adalah orang kepercayaan
di kantornya.
6. KAMBING HITAM
MK= Orang itu selalu dijadikan kambing hitam jika ada masalah.
MD= Andi selalu di jadikan pokok
permasalahan jika ada masalah padahal belum tentu dia yang bersalah.
7.
SEBATANG KARA
MK= Kasihan nasib si bungsu,sekarang
ia hanya sebatang kara.
MD= Anak itu kasihan sekali sudah
tidak punya sanak saudara lagi.
8. BIANG KELADI
MK = Ternyata si Arif, biang keladi semua masalah.
MD = Semua masalah yang terjadi Amul
lah yang menyebabkan perselisihan.
9. KAKI TANGAN
MK = Di PT. Angin Ribut, Amul
sebagai kaki tangan perusahaan
tersebut.
MD = Amul Hikma adalah pembantu utama di kantor tempat ia
bekerja.
10. KEMBANG DESA
MK = Semua pemuda
mengagumi kembang desa yang cantik itu.
MD
= Pada hari ulang tahun kakak mendapatkan kembang mawar yang sangat indah.
Minggu, 11 November 2012
SOSIOLINGUISTIK “Diglosia”
“Diglosia”
PENDAHULUAN
Bahasa
adalah sebuah system , artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap, dan dapat dikaidahkan. Ciri dari hakikat bahasa adalah ,
bahwa bahasa itu adalah system lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer,
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi. Dengan sistematis maksudnya ,
bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak
atau sembarangan.
Sistem
bahasa yang digunakan berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi. Setiap lambang
bahasa menggunakan lambang bahasa ya ng berbunyi [kuda], melambangkan konsep
atau makna.Dalam bahasa Indonesia satuan bunyi [air], [kuda], dan [meja] adalah
lambang ujaran karena memiliki makana , tetapi bunyi- bunyi [rai], [akud],
[ajem] bukanlah lambang ujaran karena tidak memiliki makna. Lambang bahasa itu
bersifat arbitrer , artinya hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya, tidak bersifat wajib , bisa berubah , dan tidak dapat
dijelaskan mengapa lambang itu mengonsepi makna tertentu.
Bagi
sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat yang berfungsi untuk
menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit , sebab seperti dikemukakan
Fishman bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what
language to whom, when and to what end.
Sosiolinguistik
merupakan cabang linguistik yang secara etimologi kata tersebut berasal dari
bahasa Inggris, yaitu terdiri atas kata “socio” dan “linguistics”. Linguistik
yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur
bahasa (fonem, morfem, kata, kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu
termasuk hakikat dan pembentukan unsur-unsur itu. Unsur sosio adalah seakar
dengan sosial, yaitu yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat,
dan fungsi kemasyarakatan. Jadi, sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan
dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.
Dalam
sosiolinguistik terdapat diglosia yang merupakan salah satu subtopik yang akan
dijelaskan dalam topik ini. Kata diglosia berasal dari bahasa prancis diglossie,
yang pernah digunakan oleh Marcais, seorang lingu Prancis: tetapi istilah itu
menjadi terkenal dalam studi sosiolingustik setelah digunakan oleh seorang
swarjana dari Stanford University, yaitu C.A. Ferguson tahun 1958 dalam suatu
symposium tentang “Urbanisasi dan bahasa-bahasa standar” yang diselenggarakan
oleh American Anthropological Association di Washinton DC. Kemudian
Ferguson menjadikan lebih terkenal lagi istilah tersebut dengan sebuah
artikelnya yang berjudul “diglosia”.
MASALAH
Dalam
diglosia terdapat beberapa masalah yang muncul yang dapat dilhat dari segi
fungsi, prestise, standardisasi, dan dari segi lainnya. Pemerolehan ragam T
hanya diperoleh dengan mempelajarinya dalam pendidikan formal, sedangkan ragam
R diperoleh dari pergaulan dengan keluarga dan teman – teman. Oleh karena itu
mereka yang tidak pernah memasuki dunia pendidikan formal tidak akan mengenal
ragam T.
Dilihat
dari segi fungsi terdapat masalah yaitu adanya dua variasi bahasa yang
digunakan oleh masyarakat diglosis. Variasi pertama disebut dialek tinggi
(disingkat dialek T atau ragam T), dan yang kedua disebut dialek rendah
(disingkat dialek R atau ragam R ). Dari segi prestise dialek R dianggap inferior
bahkan ada yang menolaknya dibandingkan dengan dialek T yang lebih terpandang
dan bergengsi. Dan dilihat dari segi standardisasi.Ragam T dipandang sebagai
ragam yang bergengsi, maka tidak mengherankan kalau standarisasi dilakukan
terhadap ragam T tersebut melalui kodifikasi formal dan Ragam R tidak dipeduli
dan diperhatikan. Dan juga timbul persoaolan dimana ragam mana yang dipilih
menjadi bahasa nasional, apakah ragam T atau ragam R.
TEORI
Pada
ragam bahasa diglosia terdapat berbagai macam permasalahan yang muncul, dimana
pemilihan ragaam bahasa nasional mana yang akan digunakan, menurut ferguson
para pendukung ragam T dan R tentu memunyai argumentasi untuk menentukan ragam
mana yang cocok menjadi bahasa nasional. Dalam hal ini ada dua kemungkinan. Pertama,
ragam R dapat menjadi bahasa nasional karena ragam itulah yang dipakai di dalam
masyarakat dan kedua ragam T yang akan menjadi bahasa nasional apabila, ragam T
itu sudah menjadi bahasa standar pada sebagian masyrakat dan apabila masyarakat
diglosis itu menyatu dengan masyarakat lain.
Saya berpendapat bahwa teori yang digunakan oleh Ferguson
tepat karena masyarakat lebih mudah menggunakan ragam R disbanding dengan ragam
T, ragam R sangat mudah dipahami dan
mudah diperoleh dibanding ragam T, masyarakat yang tidak terbiasa dengan
suasana formal lebih cenderung menggunakan ragam R. disisi lain ragam R itu itu
tidak memunyai kaidah – kaidah tata bahasa tetapi masyarakat dengan mudah
menggunakannya.
Pertanyaan
1. Apa
yang dimaksud dengan diglosia ?
·
Diglosia adalah suatu situasin
kebahasaan yang relatif stabil, dimana selain terdapat sejumlah dialek – dialek
utama ( lebih tepat : ragam – ragam utama ) dari satu bahasa, terdapat juga
sebuah ragam lain.
2. Jelaskan
makna dari distribusi fungsional pada dialek T dan R !
·
Distribusi fungsional dialek T dan
dialek R memunyai arti bahwa terdapat situasi dimana hanya dialek T yang sesuai
untuk digunakan, dan dalam situasi lain hanya dialek R yang bias digunakan.
3. Mengapa
dialek T lebih terpandang disbanding dialek R ?
·
Karena masyarakat penuturnya lebih
memandang dialek T lebih bergengsi dan merupakan bahasa yang logis
4. Sebutkan
hal – hal yang dapat melunturkan tekanan – tekanan masyarakat diglosisi !
·
Meningkatnya kemampuan keakasaraan dan
meluasnya komunikasi verbal pada satu Negara.
·
Meningkatnya penggunaan bahasa tulis
·
Perkembangan nasionalisme dengan
keinginan adanya sebuah bahasa nasional sebagai lambing kenasionalan suatu
bangsa.
5. Jelaskan
keunggulan dialek R disbanding dialek T !
·
Keunggulan dialek R terdapat pada banyak
masyrakat penutur yang sangat mudah menggunakannya dan untuk memperolehnya
masyarakat diperlu memasuku dunia pedidikan formal, dan dialek R tidak memunyai
kaidah tata bahasa sehingga masyarakat lebih lancer menggunakannya.
SIMPULAN
Di dalam masyarakat penutur diglosis
terdapat berbagai macam masalah yan timbul dan membuat masyrakat tersebut
mendapat tekanan – tekanan dalam memilih ragam bahasa yang cocok untuk
digunakan dalam ragam bahasa nasional.
Dalam hal tersebut masing – masing dialek memilki
pendapat masing – masing untuk menentuka ragam bahasa yang cocok, disisi lain
masyrakat tidak perlu merasa dalam tekanan terus menerus, karena dengan
meningkatkan pengetahuan dalam kaidah tata bahasa kita dapat menempatkan dimana
kita harus menggunakan dialek T dan dialek R.
Daftar Pustaka
Chaer,
Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta : RINEKA CIPTA.
Suryadi,Dedi.
2011.Apa sih bilingualism dan diglosia
itu ??. www.semilirilmu.blogspot.com
diunduh pada tanggal 30 Oktober 2012.
Kabi.
2011. Pengertian sosiolinguistk. www.bedande.blogspot.com
diunduh pada tanggal 30 Oktober 2012
Selasa, 23 Oktober 2012
PLOT
Pemplotan
Pada Novel Belenggu
“karya Armijn Pane”
Plot
merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya
sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan
struktural terhadap karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan
plot, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Plot sebuah karya fiksi yang
kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antarperistiwanya,
menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami.
Untuk
menyebut plot, secara tradisional, orang juga sering mempergunakan istilah alur
atau jalan cerita, sedangkan dalam teori – teori yang berkembang lebih kemudian
dikenal adanya istilah struktur naratif, susunan, dan juga sujet. Penyamaan begitu saja antara plot dengan jalan cerita, atau
bahkan mendefenisikan plot sebagai jalan cerita, sebenarnya kurang tepat.
Stanton
dalam ( Nurgiyantoro 2007 : 113 ) misalnya , mengemukakan bahwa plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain. Kenny dalam ( Nurgiyantoro 2007 : 113 ) mengemukakan plot
sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan
sebab akibat.
Penampilan
peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urutan waktu saja
belum merupakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa- peristiwa itu harus
diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya
itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya
dengan karya fiksi yang bersangkutan sercara keseluruhan.
Peristiwa-
peristiwa cerita (dan atau plot) dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah
laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita. Bahkan, pada umumnya peristiwa yang
ditampilkan dalam cerita tak lain dari perbuatan dan tingkah laku pada tokoh,
baik yang bersikap verbal maupun non verbal, baik yang bersifat fisik maupun
batin.
Plot
merupakan cerminan, atau bahkan merupakan cerminan atau bahkan berupa
perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berfikir, berasa, dan
bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda
dengan elemen – elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam
sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa
adanya pemahaman terhadap peristiwa – peristiwa yang mempertautkan alur,
hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya Stanton ( 2007 : 28 ).
Umumnya,
plot memiliki 6 unsur utama yang menjadi penyusun plot. Perkenalan, pemunculan
masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian atau kesimpulan.
Keenam unsur itulah yang kemudian menjadi susunan utama plot. Tanpa ada salah
satunya, tulisan akan terasa janggal karena ada salah satu unsurnya yang
hilang.
Perkenalan,
biasanya merupakan awalan dari tulisan. Sesuai dengan namanya, perkenalan
berisikan pembukaan dari tulisan yang memuat topik apa yang akan dibahas. Dalam
tulisan fiksi, perkenalan akan berupa kemunculan tokoh, sementara dalam tulisan
nonfiksi akan berupa pembukaan dari topik tulisan. Pada novel belenggu diawali
dengan perkenalan tokoh Tono yang kesal dengan istrinya karena tingkah istrinya
yang selalu menaruh sulaman di atas meja tempat dokter Tono menyimpan
bloc-notenya sehingga ia sulit untuk menemukan bloc-notenya.
Pemunculan
masalah adalah tahapan selanjutnya setelah Perkenalan. Dalam tulisan seringkali
ia merupakan saat di mana keberadaan topik tulisan mulai dipertajam sehingga
pembaca akan mengenali maksud dan tujuan dari tulisan tersebut. Pada tulisan
fiksi, maka pemunculan masalah biasanya merupakan kejadian yang dialami oleh
tokohnya, sementara dalam tulisan nonfiksi berupa unsur-unsur pendukung topik
yang dibahas dan bisa berupa contoh-contoh yang dikaitkan. Ketika topik
dikenali dan lebih mengerucut sehingga pembaca mengenalinya, maka kejadian
selanjutnya dalam sebuah tulisan adalah terjadinya konflik. Ia merupakan
lontaran masalah yang pertama kali timbul sejak pertama kali tulisan dimulai.
Seringkali, konflik pun dihadirkan agar tulisan menjadi lebih menarik dan
menantang pembacanya untuk melanjutkan dan menyelesaikan bacaannya. Pada novel
belenggu pemunculan masalah terjadi pada saat Nyonya Eni menelpon dokter Tono
untuk diperiksa, dan pada saat itu Tono menyadari bahwa wanita tersebut adalah
Yah, teman kecil di sekolah rakyat dulu. Dan konflik terjadi pada saat Tini ke
Surabaya untuk menghadiri kongres dan Tono memutuskan untuk tinggal di tempat
Yah dan disana mereka bercerita tentang masa lalu mereka, sehingga ia melakukan
perselingkuhan karena kasih sayang yang dibutuhkan oleh Tono didapatkan dari
Yah.
Setiap
tulisan pasti memiliki puncak yang paling menjadi daya tarik dari tulisan
tersebut. Entah itu situasi yang makin menegang seperti dalam tulisan fiksi,
ataupun perbandingan pendapat para ahli yang hadir dalam tulisan nonfiksi.
Dalam tulisan fiksi dikenal sebagai klimaks. Klimaks adalah momen-momen penting
dalam tulisan, di mana pembaca mengalami pengalaman puncak emosi ataupun rasa
ingin tahu yang paling tinggi. Pada novel Belenggu klimaks terjadi pada saat
Tini mengetahui perselingkuhan antara Tono dan Yah, dan ia memutuskan untuk
mendatangi Yah, tetapi sesampainya disana ia malah heran karena melihat Yah
seorang wanita yang sangat sopan, tidak sesuai dengan pemikirannya yang negatif
terhadap Yah.
Ketika
semua unsur dari plot tulisan sudah muncul, maka penyelesaian adalah jalan yang
paling baik. Dengan membuat fase penyelesaian, maka tulisan akan menjadi
lengkap karena dapat berisikan kesimpulan pada tulisan nonfiksi maupun juga
bagian akhir dari cerita fiksi yang bisa dipilih apakah berakhir bahagia,
sedih, ataupun menggantung. Pada novel belenggu penyelesaiannya ditandai dengan
keputusan Tini untuk bercerai dengan Tono, dan Yah memutuskan untuk juga
meninggalkan Tono karena merasa tidak pantas hidup dengan Tono.
Berdasarkan
kriteria waktu maksudnya adalah plot yang didasarkan pada keadaan waktu si
tokoh itu sendiri apakah menceritakan tentang masa sekarang si tokoh ataukan
masa lalunya atau mungkin dua duanya. Yang biasa disebut Plot maju, mundur,
serta campuran. Ketiga jenis plot tersebut memiliki karakteristik masing-masing
yang dapat membangun setiap tulisan sehingga terlihat lebih menarik bagi para
pembacanya.
Plot
maju adalah plot yang paling umum dan sering digunakan di setiap tulisan. Ia
memiliki ciri tulisan yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. Setiap
bagian dari tulisan tertata dengan baik, sehingga pembaca tulisan pun takkan
kehilangan setiap momen. Runutan peristiwanya membuat impresi yang dibangun
oleh penulis seperti mendaki gunung kemudian menuruninya kembali. Perkenalan,
pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, penyelesaian adalah fase
plot yang disusun secara urut dan tidak berloncatan.
Plot Mundur atau kilas balik. Alur mundur
disebut juga plot tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari
tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya. Dan perkenalan sebagai
urutan fase terbalik yang sudah barang tentu akan membuat tulisan menjadi
“berbeda” karena tuturan cerita akan terbalik dengan ditampilkannya amanat
ataupun kesimpulan cerita terlebih dahulu, baru kemudian mengetahui masalah
yang diakhiri dengan keterangan pelaku masalah tersebut.
Plot
campuran itu terdiri dari plot maju dan plot mundur artinya ceritanya itu
menyoroti masa lalu sekarang sang tokoh sekaligus masa lalu sang tokoh. Plot
inilah yang digunakan pada novel Belenggu.
Peristiwa
– peristiwa yang tejadi pada novel Belenggu karya Armijn Pane :
1.
Tono (Sukartono) seorang dokter
berpendidikan Belanda,
dan istrinya Tini (Sumartini), yang tinggal di Batavia,
sedang menjauh. Tono terlalu sibuk merawat pasien sehingga dia tidak punya
waktu untuk Tini.
2.
Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan kegiatan
sosial, sehingga dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono semakin
menjauh, sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia
menyiapkan makan dan menunggunya di rumah.
3.
Suatu hari, Tono dipanggil oleh seseorang bernama
Nyonya Eni, yang minta diperiksa. Ketika Tono mendatanginya, dia menyadari
bahwa Ny. Eni sebenarnya adalah Yah (Rohayah), temannya waktu masih kecil.
4.
Rohayah, yang sudah mencintai Tono sejak mereka masih
di sekolah rakyat, mulai menggoda Tono sehingga dokter itu jatuh cinta.
5.
Mereka mulai bertemu secara diam-diam dan sering pergi
ke pelabuhan Tanjung Priok.
6.
Ketika Tini pergi ke Surakarta
untuk menghadiri kongres wanita, Tono mengambil langkah untuk hidup bersama
Rohayah selama satu minggu.
7.
Selama di rumah Rohayah, Tono dan Yah membahas masa
lalu. Tono menjelaskan bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung,
dia berpindah ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana.
8.
Tono menikah dengan Tini karena kecantikannya.
Sementara, Yah dijodohkan dengan pria yang lebih tua dan berpindah ke Palembang.
Setelah meninggalkan suami, dia pindah ke Batavia dan menjadi pelacur; selama
tiga tahun dia menjadi simpanan pria Belanda. Melihat tingkah laku Yah yang
sopan santun, Tono menjadi semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah
adalah istri yang tepat untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk
menikah.
9.
Tono, yang merupakan penggemar musik keroncong,
diminta menjadi juri suatu lomba keroncong di Pasar Gambir.
Di sana, dia bertemu dengan Hartono, seorang aktivis politik dan anggota Partindo, yang bertanya
tentang istri dokter itu.
10. Beberapa
hari kemudian, Hartono mengunjungi rumah Tono dan bertemu dengan Tini. Ternyata
Tini pernah menjalin hubungan dengan Hartono saat kuliah, sehingga mereka
berhubungan seks; hal ini membuat Tini jengkel dengan dirinya sehingga tidak
dapat mencintai laki-laki.
11. Hartono
pun semakin mengacaukan keadaan ketika dia memutuskan Tini dengan hanya
meninggalkan sepucuk surat. Ketika Hartono minta agar dapat kembali bersama
Tini, Tini menolak.
12. Setelah
mengetahui bahwa Tono selingkuh, Tini menjadi sangat marah dan pergi untuk berbincang
dengan Yah.
13. Setelah
berbicara panjang dengan Yah, Tini mulai beranggapan bahwa Yah lebih cocok
untuk Tono dan minta agar Yah segera menikahinya. Tini lalu berpindah ke
Surabaya, dan Tono ditinggalkannya di Batavia.
14. Yah
merasa bahwa mempunyai hubungan dengan Tono akan membuat citra baik Tono
hancur, sebab latar belakangnya yang pelacur itu.
15. Dia
lalu mengambil keputusan untuk pindah ke Kaledonia
Baru, dengan meninggalkan sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang
membuktikan bahwa Yah sebenarnya penyanyi favorit Tono.
16. Dalam
perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan mendengar suaranya di
radio. Tono ditinggal sendiri dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk
mengisi kesepiannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurgiyantoro,
Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta :
PUSTAKA PELAJAR.
Koesoemadinata,Billy.
2009. Alur Cerita www. Billy.
Blogspot.com. Diunduh pada tanggal 16 Oktober 2012.
Hud,
Miftahul. 2008. Alur / Plot. www.
Miftahulhudblogspot.com. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2012
Langganan:
Postingan (Atom)