Pemplotan
Pada Novel Belenggu
“karya Armijn Pane”
Plot
merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya
sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan
struktural terhadap karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan
plot, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Plot sebuah karya fiksi yang
kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antarperistiwanya,
menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami.
Untuk
menyebut plot, secara tradisional, orang juga sering mempergunakan istilah alur
atau jalan cerita, sedangkan dalam teori – teori yang berkembang lebih kemudian
dikenal adanya istilah struktur naratif, susunan, dan juga sujet. Penyamaan begitu saja antara plot dengan jalan cerita, atau
bahkan mendefenisikan plot sebagai jalan cerita, sebenarnya kurang tepat.
Stanton
dalam ( Nurgiyantoro 2007 : 113 ) misalnya , mengemukakan bahwa plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain. Kenny dalam ( Nurgiyantoro 2007 : 113 ) mengemukakan plot
sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan
sebab akibat.
Penampilan
peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urutan waktu saja
belum merupakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa- peristiwa itu harus
diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya
itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya
dengan karya fiksi yang bersangkutan sercara keseluruhan.
Peristiwa-
peristiwa cerita (dan atau plot) dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah
laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita. Bahkan, pada umumnya peristiwa yang
ditampilkan dalam cerita tak lain dari perbuatan dan tingkah laku pada tokoh,
baik yang bersikap verbal maupun non verbal, baik yang bersifat fisik maupun
batin.
Plot
merupakan cerminan, atau bahkan merupakan cerminan atau bahkan berupa
perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berfikir, berasa, dan
bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda
dengan elemen – elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam
sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa
adanya pemahaman terhadap peristiwa – peristiwa yang mempertautkan alur,
hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya Stanton ( 2007 : 28 ).
Umumnya,
plot memiliki 6 unsur utama yang menjadi penyusun plot. Perkenalan, pemunculan
masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian atau kesimpulan.
Keenam unsur itulah yang kemudian menjadi susunan utama plot. Tanpa ada salah
satunya, tulisan akan terasa janggal karena ada salah satu unsurnya yang
hilang.
Perkenalan,
biasanya merupakan awalan dari tulisan. Sesuai dengan namanya, perkenalan
berisikan pembukaan dari tulisan yang memuat topik apa yang akan dibahas. Dalam
tulisan fiksi, perkenalan akan berupa kemunculan tokoh, sementara dalam tulisan
nonfiksi akan berupa pembukaan dari topik tulisan. Pada novel belenggu diawali
dengan perkenalan tokoh Tono yang kesal dengan istrinya karena tingkah istrinya
yang selalu menaruh sulaman di atas meja tempat dokter Tono menyimpan
bloc-notenya sehingga ia sulit untuk menemukan bloc-notenya.
Pemunculan
masalah adalah tahapan selanjutnya setelah Perkenalan. Dalam tulisan seringkali
ia merupakan saat di mana keberadaan topik tulisan mulai dipertajam sehingga
pembaca akan mengenali maksud dan tujuan dari tulisan tersebut. Pada tulisan
fiksi, maka pemunculan masalah biasanya merupakan kejadian yang dialami oleh
tokohnya, sementara dalam tulisan nonfiksi berupa unsur-unsur pendukung topik
yang dibahas dan bisa berupa contoh-contoh yang dikaitkan. Ketika topik
dikenali dan lebih mengerucut sehingga pembaca mengenalinya, maka kejadian
selanjutnya dalam sebuah tulisan adalah terjadinya konflik. Ia merupakan
lontaran masalah yang pertama kali timbul sejak pertama kali tulisan dimulai.
Seringkali, konflik pun dihadirkan agar tulisan menjadi lebih menarik dan
menantang pembacanya untuk melanjutkan dan menyelesaikan bacaannya. Pada novel
belenggu pemunculan masalah terjadi pada saat Nyonya Eni menelpon dokter Tono
untuk diperiksa, dan pada saat itu Tono menyadari bahwa wanita tersebut adalah
Yah, teman kecil di sekolah rakyat dulu. Dan konflik terjadi pada saat Tini ke
Surabaya untuk menghadiri kongres dan Tono memutuskan untuk tinggal di tempat
Yah dan disana mereka bercerita tentang masa lalu mereka, sehingga ia melakukan
perselingkuhan karena kasih sayang yang dibutuhkan oleh Tono didapatkan dari
Yah.
Setiap
tulisan pasti memiliki puncak yang paling menjadi daya tarik dari tulisan
tersebut. Entah itu situasi yang makin menegang seperti dalam tulisan fiksi,
ataupun perbandingan pendapat para ahli yang hadir dalam tulisan nonfiksi.
Dalam tulisan fiksi dikenal sebagai klimaks. Klimaks adalah momen-momen penting
dalam tulisan, di mana pembaca mengalami pengalaman puncak emosi ataupun rasa
ingin tahu yang paling tinggi. Pada novel Belenggu klimaks terjadi pada saat
Tini mengetahui perselingkuhan antara Tono dan Yah, dan ia memutuskan untuk
mendatangi Yah, tetapi sesampainya disana ia malah heran karena melihat Yah
seorang wanita yang sangat sopan, tidak sesuai dengan pemikirannya yang negatif
terhadap Yah.
Ketika
semua unsur dari plot tulisan sudah muncul, maka penyelesaian adalah jalan yang
paling baik. Dengan membuat fase penyelesaian, maka tulisan akan menjadi
lengkap karena dapat berisikan kesimpulan pada tulisan nonfiksi maupun juga
bagian akhir dari cerita fiksi yang bisa dipilih apakah berakhir bahagia,
sedih, ataupun menggantung. Pada novel belenggu penyelesaiannya ditandai dengan
keputusan Tini untuk bercerai dengan Tono, dan Yah memutuskan untuk juga
meninggalkan Tono karena merasa tidak pantas hidup dengan Tono.
Berdasarkan
kriteria waktu maksudnya adalah plot yang didasarkan pada keadaan waktu si
tokoh itu sendiri apakah menceritakan tentang masa sekarang si tokoh ataukan
masa lalunya atau mungkin dua duanya. Yang biasa disebut Plot maju, mundur,
serta campuran. Ketiga jenis plot tersebut memiliki karakteristik masing-masing
yang dapat membangun setiap tulisan sehingga terlihat lebih menarik bagi para
pembacanya.
Plot
maju adalah plot yang paling umum dan sering digunakan di setiap tulisan. Ia
memiliki ciri tulisan yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. Setiap
bagian dari tulisan tertata dengan baik, sehingga pembaca tulisan pun takkan
kehilangan setiap momen. Runutan peristiwanya membuat impresi yang dibangun
oleh penulis seperti mendaki gunung kemudian menuruninya kembali. Perkenalan,
pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, penyelesaian adalah fase
plot yang disusun secara urut dan tidak berloncatan.
Plot Mundur atau kilas balik. Alur mundur
disebut juga plot tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari
tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya. Dan perkenalan sebagai
urutan fase terbalik yang sudah barang tentu akan membuat tulisan menjadi
“berbeda” karena tuturan cerita akan terbalik dengan ditampilkannya amanat
ataupun kesimpulan cerita terlebih dahulu, baru kemudian mengetahui masalah
yang diakhiri dengan keterangan pelaku masalah tersebut.
Plot
campuran itu terdiri dari plot maju dan plot mundur artinya ceritanya itu
menyoroti masa lalu sekarang sang tokoh sekaligus masa lalu sang tokoh. Plot
inilah yang digunakan pada novel Belenggu.
Peristiwa
– peristiwa yang tejadi pada novel Belenggu karya Armijn Pane :
1.
Tono (Sukartono) seorang dokter
berpendidikan Belanda,
dan istrinya Tini (Sumartini), yang tinggal di Batavia,
sedang menjauh. Tono terlalu sibuk merawat pasien sehingga dia tidak punya
waktu untuk Tini.
2.
Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan kegiatan
sosial, sehingga dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono semakin
menjauh, sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia
menyiapkan makan dan menunggunya di rumah.
3.
Suatu hari, Tono dipanggil oleh seseorang bernama
Nyonya Eni, yang minta diperiksa. Ketika Tono mendatanginya, dia menyadari
bahwa Ny. Eni sebenarnya adalah Yah (Rohayah), temannya waktu masih kecil.
4.
Rohayah, yang sudah mencintai Tono sejak mereka masih
di sekolah rakyat, mulai menggoda Tono sehingga dokter itu jatuh cinta.
5.
Mereka mulai bertemu secara diam-diam dan sering pergi
ke pelabuhan Tanjung Priok.
6.
Ketika Tini pergi ke Surakarta
untuk menghadiri kongres wanita, Tono mengambil langkah untuk hidup bersama
Rohayah selama satu minggu.
7.
Selama di rumah Rohayah, Tono dan Yah membahas masa
lalu. Tono menjelaskan bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung,
dia berpindah ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana.
8.
Tono menikah dengan Tini karena kecantikannya.
Sementara, Yah dijodohkan dengan pria yang lebih tua dan berpindah ke Palembang.
Setelah meninggalkan suami, dia pindah ke Batavia dan menjadi pelacur; selama
tiga tahun dia menjadi simpanan pria Belanda. Melihat tingkah laku Yah yang
sopan santun, Tono menjadi semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah
adalah istri yang tepat untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk
menikah.
9.
Tono, yang merupakan penggemar musik keroncong,
diminta menjadi juri suatu lomba keroncong di Pasar Gambir.
Di sana, dia bertemu dengan Hartono, seorang aktivis politik dan anggota Partindo, yang bertanya
tentang istri dokter itu.
10. Beberapa
hari kemudian, Hartono mengunjungi rumah Tono dan bertemu dengan Tini. Ternyata
Tini pernah menjalin hubungan dengan Hartono saat kuliah, sehingga mereka
berhubungan seks; hal ini membuat Tini jengkel dengan dirinya sehingga tidak
dapat mencintai laki-laki.
11. Hartono
pun semakin mengacaukan keadaan ketika dia memutuskan Tini dengan hanya
meninggalkan sepucuk surat. Ketika Hartono minta agar dapat kembali bersama
Tini, Tini menolak.
12. Setelah
mengetahui bahwa Tono selingkuh, Tini menjadi sangat marah dan pergi untuk berbincang
dengan Yah.
13. Setelah
berbicara panjang dengan Yah, Tini mulai beranggapan bahwa Yah lebih cocok
untuk Tono dan minta agar Yah segera menikahinya. Tini lalu berpindah ke
Surabaya, dan Tono ditinggalkannya di Batavia.
14. Yah
merasa bahwa mempunyai hubungan dengan Tono akan membuat citra baik Tono
hancur, sebab latar belakangnya yang pelacur itu.
15. Dia
lalu mengambil keputusan untuk pindah ke Kaledonia
Baru, dengan meninggalkan sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang
membuktikan bahwa Yah sebenarnya penyanyi favorit Tono.
16. Dalam
perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan mendengar suaranya di
radio. Tono ditinggal sendiri dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk
mengisi kesepiannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurgiyantoro,
Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta :
PUSTAKA PELAJAR.
Koesoemadinata,Billy.
2009. Alur Cerita www. Billy.
Blogspot.com. Diunduh pada tanggal 16 Oktober 2012.
Hud,
Miftahul. 2008. Alur / Plot. www.
Miftahulhudblogspot.com. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar