Ji Jingga

Ji Jingga
Ibo

Selasa, 23 Oktober 2012

PLOT

Pemplotan Pada Novel Belenggu
karya Armijn Pane”
Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Plot sebuah karya fiksi yang kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antarperistiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami.
Untuk menyebut plot, secara tradisional, orang juga sering mempergunakan istilah alur atau jalan cerita, sedangkan dalam teori – teori yang berkembang lebih kemudian dikenal adanya istilah struktur naratif, susunan, dan juga sujet. Penyamaan begitu saja antara plot dengan jalan cerita, atau bahkan mendefenisikan plot sebagai jalan cerita, sebenarnya kurang tepat.
Stanton dalam ( Nurgiyantoro 2007 : 113 ) misalnya , mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Kenny dalam ( Nurgiyantoro 2007 : 113 ) mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.
Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urutan waktu saja belum merupakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa- peristiwa itu harus diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan sercara keseluruhan.
Peristiwa- peristiwa cerita (dan atau plot) dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita. Bahkan, pada umumnya peristiwa yang ditampilkan dalam cerita tak lain dari perbuatan dan tingkah laku pada tokoh, baik yang bersikap verbal maupun non verbal, baik yang bersifat fisik maupun batin.
Plot merupakan cerminan, atau bahkan merupakan cerminan atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berfikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Alur  merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen – elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri  meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa – peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya Stanton ( 2007 :  28 ).
Umumnya, plot memiliki 6 unsur utama yang menjadi penyusun plot. Perkenalan, pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian atau kesimpulan. Keenam unsur itulah yang kemudian menjadi susunan utama plot. Tanpa ada salah satunya, tulisan akan terasa janggal karena ada salah satu unsurnya yang hilang.
Perkenalan, biasanya merupakan awalan dari tulisan. Sesuai dengan namanya, perkenalan berisikan pembukaan dari tulisan yang memuat topik apa yang akan dibahas. Dalam tulisan fiksi, perkenalan akan berupa kemunculan tokoh, sementara dalam tulisan nonfiksi akan berupa pembukaan dari topik tulisan. Pada novel belenggu diawali dengan perkenalan tokoh Tono yang kesal dengan istrinya karena tingkah istrinya yang selalu menaruh sulaman di atas meja tempat dokter Tono menyimpan bloc-notenya sehingga ia sulit untuk menemukan bloc-notenya.
Pemunculan masalah adalah tahapan selanjutnya setelah Perkenalan. Dalam tulisan seringkali ia merupakan saat di mana keberadaan topik tulisan mulai dipertajam sehingga pembaca akan mengenali maksud dan tujuan dari tulisan tersebut. Pada tulisan fiksi, maka pemunculan masalah biasanya merupakan kejadian yang dialami oleh tokohnya, sementara dalam tulisan nonfiksi berupa unsur-unsur pendukung topik yang dibahas dan bisa berupa contoh-contoh yang dikaitkan. Ketika topik dikenali dan lebih mengerucut sehingga pembaca mengenalinya, maka kejadian selanjutnya dalam sebuah tulisan adalah terjadinya konflik. Ia merupakan lontaran masalah yang pertama kali timbul sejak pertama kali tulisan dimulai. Seringkali, konflik pun dihadirkan agar tulisan menjadi lebih menarik dan menantang pembacanya untuk melanjutkan dan menyelesaikan bacaannya. Pada novel belenggu pemunculan masalah terjadi pada saat Nyonya Eni menelpon dokter Tono untuk diperiksa, dan pada saat itu Tono menyadari bahwa wanita tersebut adalah Yah, teman kecil di sekolah rakyat dulu. Dan konflik terjadi pada saat Tini ke Surabaya untuk menghadiri kongres dan Tono memutuskan untuk tinggal di tempat Yah dan disana mereka bercerita tentang masa lalu mereka, sehingga ia melakukan perselingkuhan karena kasih sayang yang dibutuhkan oleh Tono didapatkan dari Yah.
Setiap tulisan pasti memiliki puncak yang paling menjadi daya tarik dari tulisan tersebut. Entah itu situasi yang makin menegang seperti dalam tulisan fiksi, ataupun perbandingan pendapat para ahli yang hadir dalam tulisan nonfiksi. Dalam tulisan fiksi dikenal sebagai klimaks. Klimaks adalah momen-momen penting dalam tulisan, di mana pembaca mengalami pengalaman puncak emosi ataupun rasa ingin tahu yang paling tinggi. Pada novel Belenggu klimaks terjadi pada saat Tini mengetahui perselingkuhan antara Tono dan Yah, dan ia memutuskan untuk mendatangi Yah, tetapi sesampainya disana ia malah heran karena melihat Yah seorang wanita yang sangat sopan, tidak sesuai dengan pemikirannya yang negatif terhadap Yah.
Ketika semua unsur dari plot tulisan sudah muncul, maka penyelesaian adalah jalan yang paling baik. Dengan membuat fase penyelesaian, maka tulisan akan menjadi lengkap karena dapat berisikan kesimpulan pada tulisan nonfiksi maupun juga bagian akhir dari cerita fiksi yang bisa dipilih apakah berakhir bahagia, sedih, ataupun menggantung. Pada novel belenggu penyelesaiannya ditandai dengan keputusan Tini untuk bercerai dengan Tono, dan Yah memutuskan untuk juga meninggalkan Tono karena merasa tidak pantas hidup dengan Tono.
Berdasarkan kriteria waktu maksudnya adalah plot yang didasarkan pada keadaan waktu si tokoh itu sendiri apakah menceritakan tentang masa sekarang si tokoh ataukan masa lalunya atau mungkin dua duanya. Yang biasa disebut Plot maju, mundur, serta campuran. Ketiga jenis plot tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang dapat membangun setiap tulisan sehingga terlihat lebih menarik bagi para pembacanya.
Plot maju adalah plot yang paling umum dan sering digunakan di setiap tulisan. Ia memiliki ciri tulisan yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. Setiap bagian dari tulisan tertata dengan baik, sehingga pembaca tulisan pun takkan kehilangan setiap momen. Runutan peristiwanya membuat impresi yang dibangun oleh penulis seperti mendaki gunung kemudian menuruninya kembali. Perkenalan, pemunculan masalah, konflik, klimaks, antiklimaks, penyelesaian adalah fase plot yang disusun secara urut dan tidak berloncatan.
Plot Mundur atau kilas balik. Alur mundur disebut juga plot tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya. Dan perkenalan sebagai urutan fase terbalik yang sudah barang tentu akan membuat tulisan menjadi “berbeda” karena tuturan cerita akan terbalik dengan ditampilkannya amanat ataupun kesimpulan cerita terlebih dahulu, baru kemudian mengetahui masalah yang diakhiri dengan keterangan pelaku masalah tersebut.
Plot campuran itu terdiri dari plot maju dan plot mundur artinya ceritanya itu menyoroti masa lalu sekarang sang tokoh sekaligus masa lalu sang tokoh. Plot inilah yang digunakan pada novel Belenggu.
Peristiwa – peristiwa yang tejadi pada novel Belenggu karya Armijn Pane :
1.      Tono (Sukartono) seorang dokter berpendidikan Belanda, dan istrinya Tini (Sumartini), yang tinggal di Batavia, sedang menjauh. Tono terlalu sibuk merawat pasien sehingga dia tidak punya waktu untuk Tini.
2.      Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan kegiatan sosial, sehingga dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono semakin menjauh, sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia menyiapkan makan dan menunggunya di rumah.
3.      Suatu hari, Tono dipanggil oleh seseorang bernama Nyonya Eni, yang minta diperiksa. Ketika Tono mendatanginya, dia menyadari bahwa Ny. Eni sebenarnya adalah Yah (Rohayah), temannya waktu masih kecil.
4.      Rohayah, yang sudah mencintai Tono sejak mereka masih di sekolah rakyat, mulai menggoda Tono sehingga dokter itu jatuh cinta.
5.      Mereka mulai bertemu secara diam-diam dan sering pergi ke pelabuhan Tanjung Priok.
6.      Ketika Tini pergi ke Surakarta untuk menghadiri kongres wanita, Tono mengambil langkah untuk hidup bersama Rohayah selama satu minggu.

7.      Selama di rumah Rohayah, Tono dan Yah membahas masa lalu. Tono menjelaskan bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung, dia berpindah ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana.
8.      Tono menikah dengan Tini karena kecantikannya. Sementara, Yah dijodohkan dengan pria yang lebih tua dan berpindah ke Palembang. Setelah meninggalkan suami, dia pindah ke Batavia dan menjadi pelacur; selama tiga tahun dia menjadi simpanan pria Belanda. Melihat tingkah laku Yah yang sopan santun, Tono menjadi semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah adalah istri yang tepat untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk menikah.
9.      Tono, yang merupakan penggemar musik keroncong, diminta menjadi juri suatu lomba keroncong di Pasar Gambir. Di sana, dia bertemu dengan Hartono, seorang aktivis politik dan anggota Partindo, yang bertanya tentang istri dokter itu.
10.  Beberapa hari kemudian, Hartono mengunjungi rumah Tono dan bertemu dengan Tini. Ternyata Tini pernah menjalin hubungan dengan Hartono saat kuliah, sehingga mereka berhubungan seks; hal ini membuat Tini jengkel dengan dirinya sehingga tidak dapat mencintai laki-laki.
11.  Hartono pun semakin mengacaukan keadaan ketika dia memutuskan Tini dengan hanya meninggalkan sepucuk surat. Ketika Hartono minta agar dapat kembali bersama Tini, Tini menolak.
12.  Setelah mengetahui bahwa Tono selingkuh, Tini menjadi sangat marah dan pergi untuk berbincang dengan Yah.
13.  Setelah berbicara panjang dengan Yah, Tini mulai beranggapan bahwa Yah lebih cocok untuk Tono dan minta agar Yah segera menikahinya. Tini lalu berpindah ke Surabaya, dan Tono ditinggalkannya di Batavia.
14.  Yah merasa bahwa mempunyai hubungan dengan Tono akan membuat citra baik Tono hancur, sebab latar belakangnya yang pelacur itu.
15.  Dia lalu mengambil keputusan untuk pindah ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang membuktikan bahwa Yah sebenarnya penyanyi favorit Tono.
16.  Dalam perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan mendengar suaranya di radio. Tono ditinggal sendiri dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk mengisi kesepiannya.



DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR.
Koesoemadinata,Billy. 2009. Alur Cerita www. Billy. Blogspot.com. Diunduh pada tanggal 16 Oktober 2012.
Hud, Miftahul. 2008. Alur / Plot. www. Miftahulhudblogspot.com. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar