Sabtu
, 19 Mei 2012 kami angkatan 2010 ( Argumentasi ) berangkat ke Pulau Samalona,
pulau ini dijadikan sebagai objek penelitian mata kuliah Metode Penelitian
Kebudayaan. Pulau ini kami pilih dengan berbagai kendala, karena rencana
pertama yaitu Selayar tapi berbagai halangan yang menjadikan Selayar di batal.
Pulau
Samalona merupakan salah satu objek wisata yang terletak di perairan Makassar,
pulau ini masuk di wilayah kecamatan Mariso, kelurahan Mariso. Pulau ini memiliki
luas 2 hektar, jarak dari kota Makassar ±7 kilometer. Pulau ini memiliki
potensi wisata yang baik, laut yang luas pada siang hari tampak dua warna yaitu
biru dan hijau, sejauh mata memandang hanya laut.
Perjalanan
ditempuh sekitar ±20 menit dengan menggunakan sekoci , dengan tarif Rp. 300.000, selama
di perjalanan mata ini tidak lepas dari pandangan laut yang indah dan jernih
sangat memanjakan mata. Sampai disana kami lagsung makan dan dibagi dalam tiga
kelompok untuk meneliti kebudayaan yang ada di pulau ini
Saya
memulai penelitian bersama teman –teman, pada penelitian ini banyak pengalaman
yan saya dapatkan salah satunya ketika kami ingin mewawancarai salah seorang
penduduk local di pulau tersebut, tetapi dia tidak mau dan pergi. Ada juga
seorang ibu yang tidak ingin diwawancarai karena ia baru sembuh dari lumpuh,
tapi ketika saya duduk – duduk di bale – bale yang disewakan untuk para
pengunjung ia datang dan berbaring di dekat saya singkat cerita saya bercerita
dengan ibu tersebut dan ia menceritakan tengtang pulau tersebut, sampai –
sampai ibu tersebut menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Adapun hasil
penelitian yang kami dapatkan tentang
pendidikan di Pulau Samalona yaitu, tingkat
pendidikan warga di pulau ini sangat tinggi karena rata – rata anak yang lahir
di pulau ini akan di sekolahkan oleh orang tua mereka di luar pulau hingga
mencapai gelar sarjana. Walaupun tidak terdapat satupun bangku sekolah di pulau
ini, tidak menjadi kendala bagi warga untuk menyekolahkan anaknya di luar pulau
demi menjaga kelangsungan dan kesejahtraan hidup keluarga mereka.
Seluruh warga yang mendiami pulau ini
memilki hubungan kekerabatan hal ini disebabkan karena silsilah keturunan
mereka yang berasal dari orang yang sama, katanya, leluhur mereka berasal dari Barombong
dan sekaligus penemu dari pulau ini. Setelah pemerintah kolonial Belanda masuk
di Makassar sekitar tahun 1902 banyak dari tentara – teantara Belanda yang
tinggal berdampingan dengan mereka di Pulau Samalona ini. Pulau ini dulunya
merupakan jalur persinggahan nelayan – nelayan yang mendiami beberapa pulau kecil yang berbatasan
dengan pulau ini. Sebab itulah , kenapa pulau ini diberi nama Samalona, sama
yang berarti selalu, dan lona berarti dilewati.
Di pulau ini sendiri sering ditemukan
benda – benda peninggalan sejarah seperti artefak, guci, bahkan tengkorak pun
sering ditemukan di pulau ini. Menurut kepala RT di pulau ini sebenarnya sudah
penuh dengan kuburan namun nisan mereka dicabut dengan kemudian diratakan
kembali dengan tanah agar dapat dibanguni bangunan – bangunan sekarang pulau
ini telah mulai padat dengan rumah – rumah, pondokan, bahkan di pulau ini sudah
terdapat satu buah Mushalla dan satu buah villa dan beberapa gazebo, karena
besarnya potensi wisata yang dimilki pulau ini, pemerintah sering melobi warga
untuk melakukan kerja sama dalam mengelola pulau ini, namun ajakan pemerintah
itu selalu ditolak warga karena keuntungan bisa jadi lebih banyak akan
didapatkan oleh pemerintah.
Setelah
kegiatan meneliti ini selesai kami pun
berfoto – foto dan menikmati indahnya laut Pulau samalona, pada sore hari kami
bermain volley di samping rumah dengan riang canda yang penuh kegembiraan
permainan volley ini sangat mengasikkan karena permainan ini banyak terjadi
kecurangan karena banyak teman yang melewati garis batas lawan setelah bermain
di samping rumah, kami pindah ke pinggir laut yang berpasir putih permainan ini
tambah seru karena di pasirr ini kami banyak yang sering jatuh ketika mau
mengambil bola, kami bermain bersama dosen kami yang merupakan dosen penanggung
jawab mata kuliah, dosen kami ini sangat akrab dengan kami, setela bermain saya
berjalan – jalan ke pinggir laut dan melihat teman yang asyik berenang dan
menikmati segarnya air laut Pulau Samalona, banyak teman yang menyewa kaca mata
renang yang disewakan oleh penduduk disana dengan tarif Rp. 10.000, setelah
berjalan – jalan dan waktu sudah hampir magrib kami pun pulang dan bersih –
bersih.
Pada
malam harinya kami bercerita bersama teman angkatan dalam lingkar kekeluargaan
yang hangat, kami bercerita sampai larut malam dan saya juga bermain kartu
bersama empat teman yang lain permainan ini sangat lucu karena salah seorang
teman yang langsung menangkap teman yang lain, tapi kartunya belum lengkap,
ketika saya melihat kartunya saya langsung tertawa terbahak – bahak dan teman
yang lain juga itu tertawa suasana semakin ribut sampai – sampai ada teman yang
terbangun dari tidurnya dan marah. Saya sendiri begadang sampai pukul 03.00
pagi karena ingin menonton pertandingan bola, sambil menunggu kami bernyanyi
dan diiringi gitar.
Di
tengah asyiknya teman bermain saya tertidur di bale – bale tapi ketika saya
terbangun dan saya pindah ke atas dan lucunya lagi saya tidur dekat kantongan
sampah dan saya dikerumuni semut dan membuat badan saya gatal, karena gatal
yang tidak bisa tertahankan lagi, jadi saya pindah ke dalam kamar dan tertidur
sekitar 10 menit.
Minggu,
20 Mei 2012 pada pagi hari kami bermain sepak bola di pinggir laut,
permainan sangat menyenangkan karena
para pemain merupakan group campuran dimana dalam satu team ada cowok dan cewek.
Permainan sangat seru tapi melelahkan karena bermain dengan cowok menguras
tenaga yang cukup banyak ditengah permainan anak yang memiliki bola tersebut
meminta bolanya dan kami berhenti, setelah bermain saya pun turun ke laut untuk
menikmati air laut pulau ini. Saya bermain di air cukup lama. Karena waktu yang
terbatas pada hari itu jadi saya naik ke darat untuk mandi dan bersiap – siap
untuk pulang sebelum pulang kami makan dan sempat berfoto – foto , setelah makan
kami bersiap – siap dan membersihkan rumah, tapi masih ada teman yang asyik
bermain di laut, sekitar jam 11 lewat kami pun meninggalkan pulau tersebut
dengan menggunakan sekoci, dalam perjalanan pulang sekoci kami sempat mati di
tengah laut dan kami yang ada di atas sekoci menjadi takut tapi itu berlangsung
beberapa menit, baling – baling sekoci tersebut tersangkut dengan kotoran yang
ada di laut tapi ketika sekoci kami kembali mati tapi itu bisa teratasi.
Sekitar jam 12 kami sampai di daratan kota Makassar dengan selamat. Satu pesan
saya “ menjaga kebersihan laut sama halnya kita mempertahankan keindahanya “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar