Ji Jingga

Ji Jingga
Ibo

Selasa, 23 Oktober 2012

Penokohan

PENOKOHAN "Novel Belenggu karya Armijn Pane"
                  Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dihanyati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat pembacanya. Pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat dan lingkungannya, ia tak bisa begitu saja melepaskan diri dari masyarakat lingkungannya.
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra prosa yang mengungkapkan sesuatu secara luas. Berbagai kejadian di dalam kehidupan yang dialami oleh tokoh cerita merupakan gejala kejiwaan. Novel merupakan sebuah “struktur organisme” yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal inilah, antara lain, yang menyebabkan sulitnya pembaca menafsirkan sebuah novel, dan untuk keperluan tersebut dibutuhkan suatu upaya untuk menjelaskannya disertai bukti-bukti hasil kerja kajian yang dihasilkan.
Dalam pembicaraan novel atau jenis fiksi lainnya sering dipergunakan istilah – istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama Nurgiyantoro (2007:164).
Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca Nurgiyantoro (2007:166).


Tokoh
            Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang disengaja ingin disamapaikan kepada pembaca. Adapun tokoh – tokoh yang terdapat dalam novel “Belenggu” antara lain :
1.      Sukartono
2.      Sukartini
3.      Rohayah
4.      Karno
5.      Abdul
6.      Ny. Padma
7.      Ny. Rusdio
8.      Ny. Sutatmo
9.      Ny Sumarjo
10.  Mardani
11.  Minah
12.  Hartono
13.  Tuan Sumardi
Kategori tokoh
            Membaca sebuah novel, biasanya kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan di dalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan masing – masing tokoh tersebut tak sama. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, ada tokoh ada yang tergolong penting dan ditampilkan terus – menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang pertama disebut adalah tokoh utama dan yang kedua disebut tokoh tambahan.
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi :
1.      Tokoh Utama : Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakn tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian. Dalam Novel Belenggu yang menjadi tokoh utama ialah Sukartono karena Sukartono adalah tokoh yang berhubungan lagsung dengan judul, dimana ia terbelenggu akibat ditinggalkan oleh istri dan selingkuhannya, ia juga tokoh yang selalu berhubungan dengan tokoh – tokoh lain, serta ia merupakan tokoh yang mengembangkan cerita dengan kata lain ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Dan Sukartono yang menyebabkan terjadinya konflik dalam cerita tersebut.
2.      Tokoh Tambahan : Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita. Tokoh tambahan dalam novel ini ialah Karno dimana karno merupakan tokoh yang berhubungan dengan Sukartono dan mengetahui konflik yang terjadi antara Tono dan Tini.
Watak Tokoh
1.      Sukartono memiliki sifat yang dermawan, penolong, dan ramah. Ini terbukti pada kutipan tersebut
“ Kata orang : dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening” ( hal. 24 )
“Kata orang, tuan dokter sering juga mengunjungi pasien lama yang sudah sembuh” ( hal. 28 )
2.      Sukartini memiliki sifat dendam dan menganggap rendah orang. Ini terbukti pada kutipan
“kalau dia pergi seorang diri, tiada sempat menemani aku, mengapa aku tiada boleh pergi seorang diri menyenangkan hatiku” (hal.53)
“tadinya dalam angan-angan Tini dia akan berjumpa dengan perempuan biasa, perempuan yang dapat dikalahkannya dengan semangat saja, semangatnya sebagai perempuan yang berpelajaran, perempuan dari tingkatan baik-baik.” (hal. 131)
3.      Rohayah memiliki sifat sopan santun. Ini terbukti pada kutipan Tini
“Tini mulai tertari hatinyak, patut Tono tertarik. Tidak benar dia penyanyi keroncong, tingkah lakunya tertib.”(hal. 130)
Karakterisasi Tokoh
            Istilah “karakter” menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh – tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh tersebut. Dengan demikian “character” dapat berarti “pelaku cerita” dan dapat pula berarti “perwatakan”. Anatara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Tokoh di dalam novel Belenggu memiliki karakter sebagai berikut :
1.      Sukartono : seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang sangat mencintai pekerjaannya.
2.      Sumartini  : perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas bergaul. Dia juga perempuan yang tidak bisa memberi kasih sayang kepada suaminya.
3.      Rohaya : seorang perempuan yang mengalami kawin paksa yang menyebabkan ia terjerumus dalam lembah kenistaan
       Daftar Pustaka

 
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar