PENOKOHAN "Novel Belenggu karya Armijn Pane"
Karya sastra adalah salah satu jenis hasil
budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis,
yang mengandung keindahan. Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati,
dipahami, dihanyati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat pembacanya. Pengarang itu
sendiri adalah anggota masyarakat dan lingkungannya, ia tak bisa begitu saja
melepaskan diri dari masyarakat lingkungannya.
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra prosa yang
mengungkapkan sesuatu secara luas. Berbagai kejadian di dalam kehidupan yang
dialami oleh tokoh cerita merupakan gejala kejiwaan. Novel merupakan sebuah
“struktur organisme” yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu secara
tidak langsung. Hal inilah, antara lain, yang menyebabkan sulitnya pembaca
menafsirkan sebuah novel, dan untuk keperluan tersebut dibutuhkan suatu upaya
untuk menjelaskannya disertai bukti-bukti hasil kerja kajian yang dihasilkan.
Dalam pembicaraan novel atau jenis fiksi lainnya sering
dipergunakan istilah – istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan
perwatakan, karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk
pengertian yang hampir sama Nurgiyantoro (2007:164).
Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan
“perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga
sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca Nurgiyantoro (2007:166).
Tokoh
Istilah “tokoh” menunjuk pada
orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai
pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang disengaja ingin
disamapaikan kepada pembaca. Adapun tokoh – tokoh yang terdapat dalam novel
“Belenggu” antara lain :
1.
Sukartono
2.
Sukartini
3.
Rohayah
4.
Karno
5.
Abdul
6.
Ny.
Padma
7.
Ny.
Rusdio
8.
Ny.
Sutatmo
9.
Ny
Sumarjo
10. Mardani
11. Minah
12. Hartono
13. Tuan Sumardi
Kategori tokoh
Membaca sebuah
novel, biasanya kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan di
dalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan masing –
masing tokoh tersebut tak sama. Dilihat dari segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh dalam cerita, ada tokoh ada yang tergolong penting dan
ditampilkan terus – menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita,
dan sebaliknya, ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali
dalam cerita, dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.
Tokoh yang pertama disebut adalah tokoh utama dan yang kedua disebut tokoh
tambahan.
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam
cerita, tokoh dibagi menjadi :
1.
Tokoh
Utama : Tokoh utama
adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia
merupakn tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun dikenai kejadian. Dalam Novel Belenggu yang menjadi tokoh utama ialah Sukartono karena Sukartono adalah
tokoh yang berhubungan lagsung dengan judul, dimana ia terbelenggu akibat
ditinggalkan oleh istri dan selingkuhannya, ia juga tokoh yang selalu
berhubungan dengan tokoh – tokoh lain, serta ia merupakan tokoh yang
mengembangkan cerita dengan kata lain ia sangat menentukan perkembangan plot
secara keseluruhan. Dan Sukartono yang menyebabkan terjadinya konflik dalam
cerita tersebut.
2.
Tokoh
Tambahan :
Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak
dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama,
secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang
cerita. Tokoh tambahan dalam novel ini ialah
Karno dimana karno merupakan tokoh yang berhubungan dengan Sukartono dan
mengetahui konflik yang terjadi antara Tono dan Tini.
Watak Tokoh
1.
Sukartono
memiliki sifat yang dermawan, penolong, dan ramah. Ini terbukti pada kutipan
tersebut
“ Kata orang : dia tiada mata
duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim
rekening” ( hal. 24 )
“Kata
orang, tuan dokter sering juga mengunjungi pasien lama yang sudah sembuh” (
hal. 28 )
2.
Sukartini
memiliki sifat dendam dan menganggap rendah orang. Ini terbukti pada kutipan
“kalau dia pergi seorang diri, tiada sempat
menemani aku, mengapa aku tiada boleh pergi seorang diri menyenangkan hatiku” (hal.53)
“tadinya dalam angan-angan Tini dia akan
berjumpa dengan perempuan biasa, perempuan yang dapat dikalahkannya dengan
semangat saja, semangatnya sebagai perempuan yang berpelajaran, perempuan dari
tingkatan baik-baik.” (hal. 131)
3.
Rohayah memiliki sifat sopan santun.
Ini terbukti pada kutipan Tini
“Tini mulai tertari hatinyak, patut Tono
tertarik. Tidak benar dia penyanyi keroncong, tingkah lakunya tertib.”(hal.
130)
Karakterisasi Tokoh
Istilah
“karakter” menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh –
tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan,
emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh tersebut. Dengan demikian “character” dapat berarti “pelaku cerita”
dan dapat pula berarti “perwatakan”. Anatara seorang tokoh dengan perwatakan
yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Tokoh di dalam
novel Belenggu memiliki karakter sebagai berikut :
1.
Sukartono
: seorang
dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia terkenal dokter yang
dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang sangat mencintai pekerjaannya.
2.
Sumartini : perempuan
modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas bergaul. Dia juga
perempuan yang tidak bisa memberi kasih sayang kepada suaminya.
3.
Rohaya
: seorang perempuan yang mengalami kawin paksa yang menyebabkan ia terjerumus
dalam lembah kenistaan
Daftar Pustaka
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta :
GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar