Ji Jingga

Ji Jingga
Ibo

Rabu, 03 Oktober 2012

Parepare

Perkembangan kota Parepare
            Kota Parepare adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan,Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 99,33 km² dan berpenduduk sebanyak ±140.000 jiwa. Salah satu tokoh terkenal yang lahir di kota ini adalah B. J. Habibie, presiden ke-3 Indonesia.
            Di awal perkembangannya, dataran tinggi yang sekarang ini disebut Kota Parepare, dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar yang diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring sebagai tempat yang pada keseluruhannya tumbuh secara liar tidak teratur, mulai dari utara (Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota. Kemudian dengan melalui proses perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran itu dinamakan Kota Parepare.
Lontara Kerajaan Suppa menyebutkan, sekitar abad XIV seorang anak Raja Suppa meninggalkan Istana dan pergi ke selatan mendirikan wilayah tersendiri pada tepian pantai karena memiliki hobi memancing. Wilayah itu kemudian dikenal sebagai kerajaan Soreang, kemudian satu lagi kerajaan berdiri sekitar abad XV yakni Kerajaan Bacukiki.
Kata Parepare ditenggarai sebagian orang berasal dari kisah Raja Gowa, dalam satu kunjungan persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tonapaalangga (1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang. Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan pemandangan yang indah pada hamparan ini dan spontan menyebut “Bajiki Ni Pare” artinya “(Pelabuhan di kawasan ini) di buat dengan baik”. Parepare ramai dikunjungi termasuk orang-orang Melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Kata Parepare punya arti tersendiri dalam bahasa Bugis, kata Parepare bermakna " Kain Penghias " yg digunakan diacara semisal pernikahan, hal ini dapat kita lihat dalam buku sastra lontara La Galigo yang disusun oleh Arung Pancana Toa Naskah NBG 188 yang terdiri dari 12 jilid yang jumlah halamannya 2851, kata Parepare terdapat dibeberapa tempat diantaranya pada jilid 2 hal [62] baris no. 30 yang berbunyi " pura makkenna linro langkana PAREPARE" (KAIN PENGHIAS depan istana sudah dipasang)
Di Parepare terdapat tempat wisata budaya dan sejarah, anatara lain kehidupan etnis Tionghoa, kubur Datu, makam 132 Raja, batu meringkik Watang Bacukiki, dan lain sebagainya.
            Seiring perkembangan zaman Parepare kini menjadi sebuah kota, dimana kota ini merupakan jalur perdangan yang ramai dikunjungi. Parepare juga merupakan kota yang mengikuti perkembangan teknologi, diantaranya ada tiga SKPD dalam lingkup Pemda Parepare yang memiliki website sendiri yang dikelola secara baik, yakni Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan, serta Kecamatan Ujung.
            Dalam perkembangan perekonomian khususnya di Kota Parepare yang semakin membaik, tentunya berdampak terhadap kemampuan daya beli masyarakat, kondisi ini dimanfaatkan oleh pengusaha pengembang perumahan di Kota Parepare, hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya perumahan yang sedang di bangun. Sebagai kota jasa dan niaga, denyut nadi perekonomian Kota Parepare banyak bertumpu pada sektor perdagangan, dan salah satu sektor usaha yang cukup menjanjikan di Kota Niaga ini adalah sektor usaha rumah tangga atau home industry. Banyak usaha rumah tangga yang ditekuni warga, salah satunya Roti Mantou, sebagai penganan khas Parepare. Roti khas ini telah menjadi salah satu daya tarik  bagi mereka yang berkunjung ke Parepare. Meski bentuknya sama dengan roti pada umumnya, begitu juga bahan yang digunakan yaitu terbuat dari terigu, namun warnanya yang putih menyerupai tahu yang dibungkus dalam plastik, telah menjadi sesuatu yang menarik bagi para warga yang datang ke  kota ini.
            Dalam perkembangan objek wisata alam di Parepare terdapat wisata alam Sumur jodoh yang terletak di Cempae, Kecamatan Soreang sebagai salah satu potensi wisata selalu menarik untuk diungkap. Pada tahun 1977, menurut salah seorang budayawan Parepare, Andi Syamsu Alam. B.Sc, saat potensi sumur jodoh dipentaskan dalam pameran pembangunan di Kota Makassar, terjadi sebuah ‘keanehan’ yang menarik untuk diceritakan. Usai pameran salah seorang wartawan dari Jakarta merasa penasaran dan berkunjung ke Parepare ingin mengenal dan melihat lebih dekat lokasi dan sumur jodoh di Cempae Kota Parepare. Setelah di sana wartawan tersebut menimba air sumur tersebut dan berkumur-kumur. Anehnya, air sumur di atas laut itu tidak asin, ternyata berasa tawar. Lalu ia meminumnya, alhasil setelah dia balik ke Jakarta empat bulan kemudian dia mengirim undangan perkimpoian ke Parepare. Terdapat juga wisata alam Sumur Tujuh, Obyek wisata yang terletak di daerah sekitar Gedung Pemuda dan masuk wilayah Kelurahan Cappagalung itu, dapat dijangkau dari berbagai penjuru kota. Selain sumur yang terbuat secara alami dari lubang batu, di sekitar tempat ini, warga juga dapat menikmati suasana kota serta matahari terbenam dari ketinggian. Tempatnya cukup sejuk dan alami, karena di sekitar lokasi tersebut banyak pohon-pohon rindang. Tempat ini tidak hanya berfungsi sebagai wisata alam saja, melainkan berfungsi sebagai wisata buah atau agrowisata, saat  ini beberapa  buah-buahan seperti anggur serta tanaman hias seperti berbagai jenis Palem serta anggrek telah ada di lokasi ini.  Karena itu, tempat ini juga sering dijuluki ‘Kebun Palem’.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar